Belum lagi seratus tahun usiamu
telah jauh menyimpang arah langkahmu
kesejahteraan yang dulu digagas para pendirimu
keadilan yang dulu diangankan para pembelamu
kemandirian yang dulu diimpikan para pahlawanmu
semua belum menemukan titik temu
dulu...
para moyang rela menanggalkan segala kenikmatan
mengabaikan segala kenyamanan
menanggalkan segala jabatan
demi keyakinan dan perjuangan
kini....
keyakinan mudah dijual
kebebasan gampang digadaikan
perjuangan boleh dibelokkan
asal kenikmatan tak meninggalkan badan
kenyamanan masih dapat dirasakan
jabatan dan kekuasaan tetap bisa dipertahankan
kini......
terlalu sering kekuasaan dianggap
bukan sebagai amanat yang mesti dijawab
dengan mensejahterakan rakyat
kekuasaan tak lagi dianggap sebagai kepercayaan
yang harus diemban dengan sepenuh keikhlasan
kekuasaan tak lagi diyakini sebagai perjuangan
demi menebar sebanyak mungkin kemanfaatan
kini...
kekuasaan sering dipandang sebagai jalan
demi meraih kesejahteraan individual
kekuasaan sering dianggap sebagai anugerah
untuk berbagi kenikmatan di antara keluarga dan teman
usiamu belum lagi seratus
namun garis juangmu seakan hampir putus
cinta rakyatmu pun mulai terberangus
mereka yang mencoba mempertahankan segala
nilaimu agar tak pupus
terlalu sering menangis tertahan terputus-putus
mereka yang kami percayai
terlalu banyak yang khianati
segala janji
tak pernah dipenuhi
lalu bagaimana wahai Ibu Pertiwi
agar cinta untuk negeri
tetap bertahan di dalam hati?
Belum genap seratus tahun usiamu
mengapa seperti sudah mau habis waktumu?