Rabu, 28 September 2011

ketika raga mengingatkan

bukan hanya satu
tapi semua mengingatkanku
akan keangkuhan yang tak semestinya
   kesombongan yang tak pada tempatnya

bukan hanya teman dan sahabat
bahkan ragaku mengingatkanku
akan rapuh pada diri
    tanpa daya jika tanpa kuasa-Nya

bukan hanya satu
namun datang bersama-sama
untuk sakit yang selama ini ku anggap sirna
   tak lagi sentuh raga pembungkus jiwa

bersama mengunjungiku
demi sadar atas segala lemahku
agar kembali ingat semua aibku
lemah
   tanpa daya
terkulai
    tanpa tenaga
merintih tertahan
   mengerang sendirian

semoga sehat segera datang
tanpa perlu bawa Fir'aun keangkuhan

Selasa, 27 September 2011

kadang benar-benar letih

kadang memang sangat lelah
bahkan terpikir juga untuk berhenti saja
terlalu letih untuk terus melangkah
butuh istirahat untuk pulihkan tenaga
sambut esok
   melangkah lagi
      berjalan menuju mimpi
        sambut wujud di akhir hati

kadang seperti hampir patah
tergoda untuk diam dan menyerah
saat badan seakan tak ada darah
  saat jiwa seperti hilang gairah
terlalu letih untuk dipaksa melangkah
perlu sebentar luruskan badan
    tata kembali bangunan impian
sambut pagi yang akan menjelang
  alirkan darah ke semua arah
    biarkan mengalir bersama sengatan sang merah
       kejar angan
           wujudkan impian
sebelum hari mengakhiri kehidupan

Minggu, 25 September 2011

letihku

lelah
  letih
     lesu
raga
   maupun
      jiwa

meski istirahat
   adalah niscaya
lebih mudah
   untuk mengucapnya
daripada ketika
   mencoba melakukannya

Minggu, 18 September 2011

rindu keutuhan

terlalu lama tak ku nikmati landscape keindahan
hingga jiwa jadi begini kerontang 
terlalu lama ku abaikan
   segar air pegunungan
      gemericik air aliran
          sejuk desir menyegarkan
terlalu lama tak ku rasakan
bugar meresap bersama tetesan hujan
   dingin mengguyur pori hingga menembus dinding hati

terlalu lama ku biarkan
jiwa meranggas dalam kerontang
   batin kering tanpa kesegaran
      hati tandus tanpa siraman
terlalu lama tak mampu dinikmati
   teduh hijau dedaunan
      kelokan sungai mengagumkan
         kicau burung merdu mendayukan
            hening dalam kedamaian

ya, terlalu lama memang....

akal

masih saja akal mengendalikan
tiap langkah ia yang memutuskan
 yang dapat diterima dijalankan
   yang sudah dicerna diabaikan
bahkan hal-hal yang menjadi makanan jiwa
  akal pula yang memutuskan
padahal tak selamanya
  akal cukup bijaksana tuk memutuskan
    apa yang baik apa yang bukan
     apa yang benar apa yang bukan

mencari ketenangan
   jalan mendapatkan kedamaian
     menata hati dan perasaan
sebenarnya bukan milik akal
       tuk menentukan
sebenarnya milik hati untuk memastikan
namun masih saja
 akal campur tangan
merasa tahu apa yang perlu dilakukan
merasa paling berhak atas seluruh pertimbangan

mestinya akal tahu diri
tapi betapa sulit membuatnya mengerti

Sabtu, 17 September 2011

antara keinginan dan kenyataan; semoga segera dapat dipertemukan

ku ingin benar-benar berserah pada-Mu
tapi masih saja ku hitung pamrihku
ku ingin menunduk penuh pada-Mu
namun tetap saja ku mendongak pada mimpi-mimpiku
ku ingin luruh di hadap-Mu
tapi masih saja angkuh akan diri
ku ingin bersandar hanya pada-Mu
namun masih saja takut kehilangan sesuatu
ku ingin menghamba hanya pada-Mu
tapi masih saja khawatir ditinggalkan sesuatu
ku ingin sirna seluruh inginku
  serahkan pada-Mu apa yang terbaik untukku
 hanya menghamba
    cuma meng-abdi
       tunduk luruh
         sepenuh seluruh

burung penyampai pesan

menatap belibis terbang ke awan
menembus desir yang hampir tak tertahankan
bulu putih bersih dalam balutan
membelai jiwa-jiwa dalam kerinduan

mencengkeram do'a untuk disampaikan
di atas awan menunggu sang belahan
merajut mimpi menenun harapan
agar disampaikan pada nafas yang tertahan

diselip di antara paruh keemasan
menukik turun demi menyampaian
rajutan mimpi tenunan harapan
  gunakan sebagai selimut bagi jiwa kedinginan
  terangi batin untuk tetap berjalan
    demi mimpi yang telah disampaikan

belibis putih hanyalah penyampai pesan
agar jiwa tetap saling bertautan
menembus langit sekedar kisahkan
   segala kejadian sebelum dipertemukan
menukik tajam dengan kisah indah kebahagiaan
menunggu singgasana di atas awan
namun sabar mesti dijalankan
  demi paripurna peran dititahkan

rindu dan harapan

merayu pada desir
  tuk sampaikan desir jiwa pada jiwa di sana
merajuk pada hening malam
  tuk teruskan lembut suara pada telinga di sana
mengharap pada bintang
  pancarkan terang untuk relung kelam
tundukkan wajah
  sepenuh seluruh
    pada Pemilik Segala Kuasa
agar berkenan wujudkan semua

Senin, 12 September 2011

dalam rindu

hingga suatu ketika
tak lagi mampu
menata huruf
   menyusun kata
      menggores pena

hingga sampai suatu masa
tak lagi mampu
    menuliskan kata

Sabtu, 10 September 2011

rindu cahaya

Ya Allah...
mohon terbitkan cahaya di hati
pancarkan cahaya di wajah
                             di telinga
                                 di mata
                                     di lisan
terangi depan
             belakang
                kanan dan
                  kiri
anugerahkan terang untuk tiap urusan
nyalakan pelita di sepanjang perjalanan

anugerahkan untukku cahaya-Mu

Jumat, 09 September 2011

istighfar

aku hanyalah hamba yang terlalu asyik melakukan dosa
meski naluriku sangat ingin bertaubat kepada-Mu
aku hanyalah hamba yang penuh luka jiwa
memerah berdarah akibat goresan dosa
aku hanyalah hamba yang terlena dalam jerat kemaksiatan
tertatih mencoba keluar menuju cahaya
aku hanyalah hamba yang sakit dalam jiwa
berlumur lumpur kubangan kotor nafsu dunia
aku hanyalah hamba yang buta dalam kelam gulita
mencari setitik berkas cahaya
aku hanyalah hamba yang terlalu banyak lupa
salah pilih atas apa yang jadi prioritasnya
aku hanyalah hamba yang terkungkung dalam raga nafsu
meski nurani berontak setiap waktu
aku hanyalah hamba yang penuh dengan noda
mencoba keluar dari keruh air menuju telaga
aku hanyalah hamba yang terlalu sering melakukan dosa
meski nurani begitu ingin untuk bertobat saja
aku hanyalah hamba yang tak layak meminta
      kepada-Mu Sang Maha Cahaya
aku hanyalah hamba yang merindu jiwa
bersih suci bening laksana kaca

dan pada-Mu ku coba sandarkan semua

Kamis, 08 September 2011

catatan pagi

tak juga mampu ku tundukkan ego
tak juga mampu ku kendalikan nafsu
tak juga dapat ku kenali diri

masih saja ku agungkan angkuh diri
merasa jauh lebih baik setiap hari
merasa telah berbuat banyak bagi aktualisasi
merasa suci mesti tahu hanya ilusi

masih saja ku takluk pada ego nafsu
merasa surga semakin mendekat saja
merasa cahaya tlah memancar dari raga
merasa telah masuki relung-relung cahaya
padahal lidah terlalu kelu mengucap dzikir pada-Nya

kapan lagi....
   suatu saat nanti.....
      semoga........
        akhirnya.........

Rabu, 07 September 2011

aku kini

di antara sombong dan angkuh
aku masih berdiri patuh
di puncak tinggi hati
aku masih asyik menari
lupa akan kerendahan hati
lupa mesti menundukkan dahi

kepala tegak mendongak
wajah keras menantang
mata tajam memandang
tak sempat kendurkan urat leher
agar kepala mampu menunduk santai
tak ingat wajah perlu dilembutkan
biar sejuk orang memandang

benarlah segala Firman-Mu
manusia mampu menjadi batu
bahkan lebih keras dari batu
ketika hati dikendalikan nafsu

Selasa, 06 September 2011

jujur ku belum mampu

seribu kali kuyakinkan diri bahwa aku tak sendiri
seribu kali pula kesunyian menyelinap dalam relung hati
selaksa kata kurangkai untuk tenangkan jiwa
selaksa badai kegelisahan hempaskan seluruh kata
berjuta rayu mendayu membujuk sukma
berjuta sanggahan segera menindihnya

ku mencoba untuk menipu
  tapi tak pernah mampu
keindahan yang ku pamerkan
  tak berdaya hadapi kehampaan yang terhamparkan
kepasrahan yang ku tawarkan
  masih saja ditolak dan disingkirkan

ah... sudahlah
      biarkan saja
ah....biarlah
        serahkan saja
ah...terserah
        terima saja
ah...entahlah
        usaha saja

cermin hati

dengarkan hatimu
   ikuti nuranimu
      patuhi gerak jiwamu

kau tahu cermin hatimu tak lagi berkilau cemerlang
kau tahu ia tak lagi mampu pantulkan cahaya dengan sempurna
terlalu banyak noda melekat di atasnya
   terlalu tebal debu menutup kilapnya
     terlalu lekat kerak menempel di tiap titiknya

betapa cahaya tak mampu membias sempurna
titik-titik hitam menodai pantulan sinarnya
betapa bersih sulit ditemukan di permukaannya
noda hitam dan debu bertebaran tak sisakan ruang

ikhlas susah nian lepas dari pamrih
tulus sulit benar tanpa harap balas
perbuatan berujung pada ingin atas pujian
langkah berjalan terjebak dalam keangkuhan

basuh hatimu dengan segar air wudlu
biar segar menyirap panas batinmu
ambil dari telaga-telaga jiwa
gosok permukaan cerminmu sekuat tenaga
alirkan ikhlas dalam gerakmu
gunakan tulus sebagai pembersihmu

tak perlu takut akan sakit
tak usah ragu akan perih
karna nyeri hanya berujung pada kemilau cahaya
kara pedih hanya berakhir pada suci jiwa

biar berdarah-darah
biar bernanah-nanah
gunakan istighfar tuk kuatkan dirimu
gunakan tasbih tuk pertahankan kehambaanmu
gunakan takbir tuk tundukkan egomu

Minggu, 04 September 2011

hai

salahkah jika ku tetap merindu dendam
pada belahan di alam penuh kedamaian
salahkah jika ku tetap harap pertemuan
pada denyut yang tlah menyatu di detak
salahkah jika ku tetap gantungkan harapan
padamu tuk temani hati di malam kelam

Jumat, 02 September 2011

tentang takdir

ku coba ikhlas terima garis-Mu
meski perih masih menggurat nyeri
ku coba tulus jalani peranku
meski kadang masih setengah hati

serahkan segalanya pada-Mu
kembalikan semuanya pada-Mu
runtuhkan tiap keangkuhan di hadap-Mu
ikhlaskan setiap langkah untuk-Mu
tuluskan seluruh niat karena-Mu

semoga suatu saat
   aku mampu

engkau menurutku

aku mengenalmu
sebatas apa yang aku tahu
     tentangmu

aku mengerti dirimu
sebatas apa yang aku pahami
     tentangmu
dan engkau jauh melebihi
  segala pengetahuan dan pemahamanku
      tentangmu

namun,
aku mencintamu
jauh melebihi segala pengetahuan dan
   pemahamanku tentang cinta
jauh lebih indah melebihi selaksa kata
   yang mampu ku susun untuk memuja

aku merindumu
jauh melampaui segala pengetahuan dan
    pemahamanku tentang gelora
jauh melampaui segala resah yang mampu
     ku rasa

Kamis, 01 September 2011

rindu terlalu

terlalu merindu
lupa waktu
tak ada jemu

terlalu merindu
padamu
hanya padamu

bukan untuk ingkari Tuhanku
namun lebih sebagai wujud syukurku