Minggu, 30 Oktober 2011

engkau

dalam gelap
 engkau adalah terang
dalam gulita
  engkau menjadi cahaya
dalam segala semu
 bagiku...
   engkau yang paling nyata

Jumat, 28 Oktober 2011

Jangan Pernah Berhenti

melangkahlah
  meski masih ragu
jangan pernah berhenti
  sebab berhenti adalah mati
tersenyumlah
 meski pahit rasa di hati
jangan pernah cemberut
  karna orang tak akan peduli
lapangkan dada
 biarkan udara bebas mengalirinya
jangan biarkan beban
   menyempitkannya
tak akan pernah hilang
  apa yang tersimpan di hati
meski raga tak lagi bersua
tak akan mungkin sirna
   apa yang pernah tertanam di sukma
karna abadi adalah sifatnya

Jumat, 21 Oktober 2011

silahkan kecewa, keangkuhan

dalam angkuhku kadang aku berpikir
kebaikan apa yang pernah kulakukan
hingga begitu banyak orang membuka
  hati untukku
dan silahkan kecewa keangkuhanku
 tak satupun perbuatanmu
   layak untuk mampu membuka hati
orang disekitarmu
tak satupun amalmu patut untuk
menarik jiwa orang-orang disekitarmu

hanya kemurahan Tuhanmulah
yang membuat hati banyak orang di sekitarmu
  menjadi lembut dan menerima adamu dengan
    lapang
hanya rahmat Tuhanmulah
yang membuat jiwa-jiwa merasakan
kelembutan sehingga bersikap lembut pula
    padamu

mestinya menunduk kau lakukan
bukan mendongak dan menghindar
ah...
 mohon ampun Tuhan segala alam
   mohon perkenan untuk dikabulkan
     agar ikhlas melandasi setiap jalan
       biar hati syukur dalam keabadian

hadirlah, biar ku kembali bisa bercerita

aduh, kemana lagi kemampuan menyusun kata
  membariskan huruf
begitu banyak yang mesti diungkap
biar tidak terlalu menggumpal di dada
terlalu banyak yang mesti jadi cerita
biar tidak mengkristal di kepala

aduh, hilang lagi kemampuan pindahkan ide
    dalam kata
mungkin hadirmu akan membantuku untuk kembali
   bercerita
bersamamu tentu ku kan kembali jadi pujangga

kekasih

kekasih
 ku rindu padamu
begitu menggebu
   begitu mengharu biru
kekasih
 begitu banyak ingin ku berverita
     padamu
 tentang segala yang tak mampu ku tahan
    sendiri
 seperti waktu-waktu dulu
  nyanyian suka
    celotehan kecewa
      cerita yang cucurkan air mata
        kisah yang menghasilkan tawa
kekasih
 rindu ini begitu membuncah
  dan aku hanya bisa menyerah pasrah
    penanti hadirmu dengan resah
kekasih
 oh...

Senin, 10 Oktober 2011

coba ikhlas

tak ingin ku meratap
    menghiba, ataupun
       merintis
meski hati seakan tercabik
    ribuan kali
tak ingin ku berlaku semena
dengan menyalahkan siapa atau apa
hati ini masih terlalu sakit dengan
   kepergianmu
jiwa ini masih terlalu lara dengan
   ketiadaanmu
tak ingin ku menambah sakit dan lara
   dengan melakukan hal sia

semua yang ada
tentu memiliki hikmahnya
meski kadang
jiwa seakan tak kuasa
   menahannya
setiap peristiwa
pasti ada kebaikannya
meski kadang
hati harus meronta-ronta

Jumat, 07 Oktober 2011

inikah sebenarnya?

tak lagi ingin ku bertanya
mengapa semua mesti ku alami
tak lagi ingin ku mengerti
mengapa harus aku yang alami

hanya mencoba untuk menikmati
   menjalani sepenuh hati
     menerima dengan dada terbuka
         melangkah tanpa kecewa
karena yakin semua
   adalah yang terbaik dari-Nya

Kamis, 06 Oktober 2011

ujung rindu

di mana rindu mesti kusandarkan
 ketika engkau abadi di dalam badan
ke mana rindu hendak kusampaikan
 saat raga telah kau lepaskan
masih jelas segala kejadian
mulai hangat pelukan
    senyum mengembang
      tawa riang
        segala perdebataan
          ungkapan kekecewaan
  hingga rintih kesakitan

aliran darah
    semangat hidup
 ku ingin tetap bersamamu
menyatu padu
     bersamamu
jika tidak bisa dalam raga
   cukupkan bagiku dalam jiwa

padamu aku meminta
berlandas do'a pada Sang Kuasa
temani aku selamanya
  dalam wujud apapun engkau menjelma
menyatulah dalam sukma
  jika tak rela engkau berpindah raga

Selasa, 04 Oktober 2011

membaca hati

mengeja hati tak seperti mengeja puisi
dalam puisi deret huruf berbirama rapi
    alur suara berirama bunyi
     ubah huruf menjadi mutiara
      ubah bunyi menjadi penuh makna
suara hati tak selalu punya bunyi
   dalam sepi menyimpan banyak misteri
     tanpa suara menyampaikan segala arti
      dibariskan tanpa eja
         dibentangkan tanpa rupa
            dihamparkan dalam keheningan makna

membaca jiwa tak seperti membaca sastra
tak ada kata dari jejeran aksara
   tak ada tinta untuk menuliskannya
      tak ada lembaran untuk menuangkannya
tindak laku mengganti aksara
  gerak langkah mengganti pena
     penerimaan jiwa menjadi lembarannya
tak terbaca dengan mengerjap mata
   tak bermakna jika tanpa mata jiwa
 pada lembaran di alam nyata

Senin, 03 Oktober 2011

kala rindu ingin mengadu

akulah rindu
menderu-deru
   menggebu-gedu
      bergulung-gulung
tak akan reda badaiku
 hingga diurai tonggak pertemuan
tak mungkin mengecil hasratku
 sampai bertemu relung perjumpaan
tak akan pudar gelombangku
 kecuali melandai di pantai sua

akulah rindu
semakin menggila sepanjang waktu
   semakin meronta di belantara jiwa
      semakin dahsyat hantamannya

akulah rindu
  sepanjang waktu

Minggu, 02 Oktober 2011

untuk sebuah nama (lagi)

Sepi menjebak diri
yakin seakan sirna pergi
aku termangu sendiri
resapi segala resah yang me nghampiri
inilah garis yang mesti ku jalani
fikir jangan sampai terbebani
akhiri semua dengan penyerahan sejati

        Untuk titah
        letakkan kepala di atas sajadah
        yang lainnya biar sajalah
        asal akhirnya tunduk berserah

untuk sebuah nama

Supaya teguh dalam perjalanan
yakin akan mungkin wujud segala angan
ajarkan tekad tak tertahankan
ragu jangan jadi pertimbangan
impian menunggu untuk diwujudkan
fikir hanya sudut kebaikan
abaikan segala yang berbau penegasian

    Untuk cinta aku bertahan
    lalui segala halang rintang
    yakin semoga jadi jaminan
    agar langkah tak putus di jalan

ketika kata tak lagi bermakna

kerinduan,
sesuatu yang tak lagi mampu ku ungkapkan
getar dahsyat yang tak lagi mampu ku uraikan
gejolak yang tak lagi mampu ku wakilkan
 pada huruf
    pada kata
      pada kalimat

tinggal rasa
  makna tanpa kata
     arti tanpa bunyi

rasa cinta,
menghilangkan seluruh kata
  melenyapkan segenap simbol
     mendangkalkan setiap makna

cukup rasakan
getaran,
    aliran,
       gelombang badainya

padamu,
ku serahkan
tak ada akal
  tak ada pikir
     tak ada nalar

hanya jiwa
             hati
      dan sukma

hilang sudah kata

ya Allah...
hilang sudah kata
   sirna sudah kalimat
  huruf tak lagi ku temukan
 dalam pundi-pundi ingatan

begitu menderu
  begitu menggulung
    begitu menggetar

tak lagi mampu ku ucap
  tak bisa lagi ku ungkap
 semua larut dalam aliran rasa

gelombang yang mesti diluruskan
   di ujung daratan
gelembung yang mesti diletupkan
   di puncak ketuban
biar tidak menghantam serampangan
    agar tidak meledak berantakan

ya Allah....