Kamis, 30 Agustus 2012

dengan rasa kita saling sapa

menyapamu dalam diam
melalui mata 
      saling pandang

berbincang denganmu dalam diam
lewat bibir
     senyum mengembang

kuasa kata tanpa daya
syair indah hilang makna

pena-pena tergelak 
     di atas meja

bahasa jiwa kini menggelora
dalam cakap tanpa kata
hanya rasa yang bicara
melalui getar 
      sentuh sukma

Jumat, 24 Agustus 2012

r i n d u

menggelayut rindu dalam sepi
dahaga akan sua yang tak terperi
menitip kata pada hembus pagi
mohon bawa pada belahan hati
mengirim syair di malam sunyi
merambat naik lewat cahya purnama sidi

    aku luluh
        rapuh
            tanpa tulang
            tanpa sendi

tersimpuh lumpuh
di atas tanah tanpa permadani
terkapar bertelanjang dada
merapal kata bernama sua
sebagai telaga atas dahaga yang menggila

a s a

ku ingin merindu-Mu dengan sebenar rindu
ku ingin mencinta-Mu dengan setulus cinta
ku ingin berserah pada-Mu dengan sepenuh tunduk

     tak ada yang melampauinya
     tak ada yang mengalahkannya
     tak ada yang membandinginya

ku ingin detakku menjawab setiap penyebutan asma-Mu
ku ingin denyutku melafalkan keagungan-Mu
ku ingin nadiku mengalirkan rasa syukur pada-Mu

Kamis, 23 Agustus 2012

Ujung Harapan

Ya Allah
Sang Penggenggam jiwa
gembamlah jiwaku dalam telapakMu
biar hancur seluruh keinginan
kecuali menuju-Mu

Ya Rabb
Sang Pemelihara sukma
peliharalah ruhku agar senantiasa
   berada di garis-Mu

Aku linglung dalam keraguan
   ragu dalam kebimbangan
ku serahkan seluruh inginku pada-Mu
biar Engkau yang putuskan segalanya untukku
biar Engkau yang tentukan jalan pemenuhan inginku

aku bimbang dalam keraguan
    ragu dalam kebimbangan
biarlah sirna harapan dari pikiran
biarlah hilang keinginan dari anganan
semua milik-Mu
ku kembalikan pada-Mu
kan ku terima apapun yang Kau pilihkan untukku
kan ku syukuri apapun yang Kau tetapkan bagiku

menunduk pasrah di duli-Mu
meski peluh lumpur masih menempel di dahiku
ku serahkan hatiku padaMu
dan mohonku padaMu
perkenankan tulus sertai setiap penerimaanku

Rabu, 22 Agustus 2012

di dalam sini sayang

di sini
  di dada ini
masih tersimpan rapi segumpal hati
mendetak dua denyut jiwa
jiwaku, jiwamu

di sini
  di dalam sini
masih bergulung gelombang ridu
rinduku padamu

di sini
   di relung jiwa
masih gemerlap megah ruang sukma
dengan terang temaram cahya cinta
hangat mendesah gelora jiwa

di sini
dalam aliran nadi
tetap mengalir sebuah nama
namamu belahan jiwa

di sini
dalam tarik nafasku
menyatu kasih luapan cinta kita

di sini
dalam diri ini
segalanya masih tersimpan rapi
cinta,
  kasih,
     rindu,
         rasa
sebagai anugerah Sang Ilah yang mesti dijaga

Selasa, 21 Agustus 2012

dingin, beku, hangat, cinta

kebekuan...
apapun dan bagaimanapun
hanya dapat dicairkan dengan kehangatan
karna panas akan melelehkannya

kematian...
bagaimanapun dan di manapun
tiadanya gairah untuk bergerak dan mengalir
meski nafas masih mengalir tanpa gelora

cinta....
di manapun dan kapanpun
matahari hangat dalam jiwa
pencair beku dingin dalam rasa
menebar nyaman bagi siapa pun yang dikunjunginya

rindu...
kapanpun dan apapun
dingin yang menyusup di antara hangat surya
kobarkan gelora demi sebuah sua

jiwa...
tempat kebekuan dan kematian bermula
rumah semayam bagi rindu dan cinta

Jumat, 17 Agustus 2012

67 Tahun t'lah Berlalu (Sebuah Refleksi)

Hari ini, pukul 10.15
enam puluh tujuh tahun lalu
Soekarna membacakan ikrar anak bangsa
tegaskan kelahiran sebuah negeri bernama Indonesia
bersama Hatta yang mendampingi setia

Enam puluh tujuh tahun lalu
Proklamasi tlah menyatukan keragaman suka bangsa, ras,
agama, bahasa yang bertebaran di sepanjang gugusan nusa khatulistiwa
Bersatu padu lupakan segala perbedaan
Bergandeng tangan melangkah menuju harapan

Enam puluh tujuh tahun lalu
Para orang tua kita telah bersepakat bersama
Bergerak bersinergi membangun bangsa
Membangun jiwa-jiwa merdeka
Melahirkan karakter-karakter juara
Dalam pekik MERDEKA bersama kepal meninju udara
Melangkah ke gelanggang dunia dengan tegak kepala
Menatap masa depan sejahtera jiwa raga

Kini, setelah enam puluh tujuh tahun berlalu
Negeri yang kalian angankan belum juga ketemu
Rendah diri masih belum beranjak dari dulu
Jiwa-jiwa kerdil memilih menghamba daripada merdeka
entah menghamba harta, kuasa, atau kekuasaan di luar sana
Belum mampu juga kita tegak kepala, masih menunduk-nunduk patuh
pada kekuatan di luar diri kita

Kini, setelah enam puluh tujuh tahun lewat
Kebersamaan seakan sudah tidak lagi kuat mengikat
Perbedaan dijadikan barang untuk saling laknat
Agama dijadikan alasan untuk saling hujat
Suku, ras, bahasa dijadikan sumber menghilangkan perekat

Kami malu padamu wahai para pendahulu
Keangkuhan membuat kami tak pernah padu
Ketumpulan jiwa membuat kami berpikir seakan paling tahu

Belum cukup kami menjadi bijaksana
untuk melihat beda sebagai alat untuk bekerja sama
Masih terlalu pagi bagi kami untuk pahami
Bahwa keragaman adalah sumber kekuatan
Bahwa perbedaan adalah sumber kepaduan
Bahwa laut-laut kita adalah alat untuk saling menghubungkan
bukan batas yang memisahkan

Setelah enam puluh tujuh tahun berlalu
tampaknya kita perlu termangu
termenung untuk temukan makna baru
bahwa merdeka sebenarnya adalah merdeka jiwa
   bukan sekedar terusirnya para 'walanda'
bahwa penjajahan bukan hanya penjajahan raga
   bahkan penjajahan jiwa jauh lebih berbahaya
bahwa musuh kemerdekaan bukan sekedar para penakluk dari luar sana
  namun musuh paling berbahaya adalah yang ada di dalamnya
   dalam beragam topeng yang menutupinya
     dalam beragam pakaian yang dikenakannya
        dalam beragam visi bohong yang melapisinya

atas nama kebebasan
  mereka bisa mengkrangkeng kebebasan
atas nama kemerdekaan
   mereka dapat meniadakan kemerdekaan
atas nama kesejahteraan
   mereka mampu membakar kesejahteraan
atas nama bangsa
   mereka sering menjual bangsa
atas nama rakyat
   mereka kerap mengkhianati rakyat

Setelah enam puluh tujuh tahun berlalu
masih beginilah.......INDONESIAKU

Sabtu, 11 Agustus 2012

ketuk hatinya

padamu udara malam
ku pinjam desirmu
bawa getar ini masuk dalam hatinya
getarkan hati yang dimatikan duka

padamu embun pagi
ku pinjam sejukmu
siramkan segarmu di jiwa
yang kerontang akibat nestapa

padamu mentari dhuha
pinjamkan hangatmu padaku
pancarkan sinarmu
    berikan hangatmu
biar mencair beku jiwa setelah sekian lama

padamu sungai, gunung, dan seluruh keindahan
    maya pada
hamparkan seluruh megahmu di hadapnya
biar indah kembali menghias jiwa

padamu burung, syair, dan seluruh suara
perdengarkan padanya segala indah suara
biar mengalir merdu di gendang telinga

sentuh jiwa
   belai sukma
     hidupkan hatinya
biar gairah kembali menggelora

di atas mahligai bernama cinta
ku harap menjadi akhir sua
dalam restu Sang Maha Cinta

entahlah....

lafadz yang meluncur tak lagi sefasih dulu
kini kelu hampir bisukan lidahku
rindu sudah semakin membekukan kalbu
tak ada lagi gigil
karna rasa mulai dimatikan beku

dalam sisa-sisa kesadaran
mencoba nyalakan lagi api gelora
agar beku menjadi hangat jiwa
agar rindu mengalir dalam wujud nyata
agar asa tak berakhir sia-sa

ah........

Senin, 06 Agustus 2012

Anugerah rasa

sungguh luar biasa anugerah rasa
sungguh ini semua tentang rasa
rasa yang ditanam dalam dada
oleh Ia yang Maha Segala

sungguh hanya rasa yang mampu melakukannya
               hanya rasa yang mampu mewujudkannya
               hanya rasa yang mampu menghadirkannya

dalam balutan kelambu rindu
dalam temaran cahaya cinta
hadirkan nuansa indah mempesona
pertemuan dua jiwa lengkah dengan segala perangkatnya

sungguh ini semua berkat rasa
sebagai jawab atas doa yang tak lagi mampu ditunda
    pengkabulannya

sungguh ini semua tentang rasa
dalam balut keabadian sepanjang masa

Sabtu, 04 Agustus 2012

coretan pagi

biarkan bergetar sewajarnya
merasakan detak pada denyut
menerima semua sebagai anugerah

biarkan terasa di dalam dada
tanpa paksa ataupun reka
sadari nikmat pada tiap peristiwa

tak ada garis yang tak sempurna
karna Allah yang menggoreskannya

tak ada jiwa yang terima begitu saja
karna tunduk ada jalannya

berangan debu jadi mutiara
mesti dipapar panas peleburan dosa
sebelum akhirnya menjadi bercahaya