Sabtu, 31 Desember 2016

aku rindu

aku rindu pada setiap keadaan yang menggetarkan
aku rindu pada setiap peristiwa yang mendegubkan
aku rindu pada setiap kejadian yang menggugahkan
aku rindu pada setiap keinginan yang menggairahkan
aku rindu pada setiap detakan yang membangkitkan
aku rindu pada setiap tarikan yang merangksang
aku rindu pada setiap keberanian yang penuh pertanggungjawaban
aku rindu pada setiap kekhawatiran yang berakhir pada ketundukan
aku rindu pada setiap ketakutan yang mendekatkan
aku rindu pada setiap ketakberdayaan yang menyambungkan
aku rindu pada setiap langkah menuju kesejatian
aku rindu pada......
aku rindu.......
aku.....

Minggu, 25 Desember 2016

adakah yang bermain api?



Adakah yang sengaja mengumpulkan ranting-ranting kering di negeri ini
Menebarkannya di sekitar kita
Hingga tangan kita kadang gatal untuk segera menyalakan korek api untuk membakarnya
Semua begitu tertata dan terencana
Begitu runtut dan sistemis
Saat beberapa di antara kami mencoba menyingkirkannya
Tiba-tiba muncul ranting-ranting kering lainnya di sekitar kita
Hingga beberapa di antara kita merasa bahwa cara terbaik untuk membersihkannya
Adalah dengan membakarnya

Adakah yang sengaja bermain api di negeri ini
Menghembus-hembus angin untuk mengobarkan titik-titik kecil api
Semua begitu rapi
Tampak begitu sejati
Ketika beberapa di antara kita mencoba memadamkan api
Muncul titik-titik baru yang tak terkendali
Bahkan beberapa di antara kami mulai membenci pemadam api
Atas nama keyakinan yang hakiki
Menumbuhkan kesadaran diri
Bahwa untuk membersihkan sampah yang mengotori
Mestilah menggunakan api
Tak lagi cukup dengan menyingkirkan semak berduri

Adakah yang sengaja membawa api
Di tengah ranting kering yang berserakan atau sengaja diserakan

Rabu, 14 Desember 2016

kembali....

kembali mendetak denyut menghanyut
aku duduk bersandar keraguan
memejam mata telusuri kegundahan
mengisi rongga dengan nafas kegelisahan
atas apa yang berjalan
tentang apa yang berselang

kembali luruh ku dalam ruang kelam
meraba berjalan mencari pegangan
memasang telinga segala kemungkinan
memandang gelap untuk temukan terang

kembali rapuh tanpa daya dan kekuatan

Kamis, 08 Desember 2016

di Bulanmu

Ini bulanmu wahai Rasul
tapi mengapa hati kami masih penuh kebencian
belum penuh kasih sebagaimana engkau teladankan
Ini bulanmu wahai Nabi
tapi mengapa nalar kami masih picik
belum mampu luas menyeluruh sebagaimana engkau contohkan
Ini bulanmu wahai Sang Penghulu Zaman
tapi kenapa dada kami masih serasa begitu sempit
belum mampu lapang penuh penerimaan sebagaimana engkau tunjukkan
salawat kami masih berakhir di ujung lisan
belum menyentuh relung terdalam
syiar kami masih tertipu terhenti pada gaung kemegahan dan keramaian
belum menembus pada kesadaran untuk menjaga kemanfaatan
bahkan kadang....
salawat dan salam untukmu yang mestinya menumbuhkan cinta dan kasih sayang
kami gunakan untuk menggaungkan kebencian
Ini bulanmu wahai Nabi
semoga memberi kami kelahiran baru
اللهم صلّ على سيّد نا محمّد
semoga cintamu mengaliri darah kami

Rabu, 30 November 2016

Coba renungkan....

Saat kebenaran disampaikan dengan kasar
akan muncul banyak pengingkaran
Ketika yang haq dibuka dengan pemaksaan
akan muncul banyak penolakan

Kebenaran mesti disampaikan dengan tegas
namun tegas bukan berarti kasar
Haqq harus diungkapkan dengan jelas
namun jelas bukan berarti pemaksaan

Ketegasan terdapat dalam konsistensi
bukan sekedar arogansi
Kejelasan terdapat dalam implikasi sehari-hari
bukan intimidasi

Kadang orang menolak kebenaran
bukan karena ia menolak kebenaran
namun cara yang digunakan untuk menyampaikan kebenaran
telah melukai rasa kemanusiaan
hingga menimbulkan ketersinggungan
yang berujung pada penolakan

Kadang orang mengingkari haqq
bukan karena ia tidak tahu bahwa itu haqq
namun hanya karena metode membuka yang haqq
telah merendahkan martabat kemanusiaan
hingga menimbulkan rasa tidak senang
yang berujung pada pengingkaran

Kebenaran adalah kebenaran
tidak bisa bercampur dengan kesalahan
haqq adalah haqq
tidak mungkin berbaur dengan batil
dan cermin hati manusia tentu mengenalnya

namun ego manusia yang bernama harkat dan martabat
adalah sebuah kemestian dari kemanusiaan
bagian dari keasasian manusia yang mesti tetap dalam kehormatannya
tidak boleh direndahkan atau dihina
atau akan terjadi pengingkaran demi mempertahankannya

kebenaran dan haqq mesti sampai ke dalam jiwa
menyentuhnya dengan cara yang bukan menghinakan martabat kemanusiaan
namun malah meninggikan martabat kemanusiaan

Kebenaran menyentuh dada seseorang bukan hanya dengan kerasnya teriakan
namun sering lebih karena luhurnya perbuatan
Haqq menjadi cahaya terang dalam jiwa seseorang bukan muncul dari ketakutan
namun sering karena rasa nyaman yang ditimbulkan

Bukankah kita diajarkan
bahwa dalam menyampaikan kebenaran
mesti menggunakan bahasa yang disesuaikan?
bahasa budaya, bahasa etika, bahasa jiwa

Selasa, 22 November 2016

Berhati-hatilah dalam sebuah zaman....



Berhati-hatilah berada dalam suatu zaman ketika…
Fitnah merajarela
Kebenaran hanya dijadikan alat semata
Kebencian dibuat berkuasa atas cinta
Norma dan agama menjadi topeng bagi ambisi atas kuasa

Berhati-hatilah berada dalam zaman ketika…
Para cendikia bukan mencerahkan namun menyesatkan
Para pemimpin bukan menjadi pengayom malah menjadi garong
Para hakim bukan menjadi pengadil malah menjadi penjual keadilan
Para bandit bukan dipenjarakan malah diberi penghormatan

Berhati-hatilah berada dalam zaman ketika….
Ulama tulus dihinakan dan ditinggalkan
Cendikia lurus diasingkan dan disingkirkan
Pemimpin adil digoyang untuk dijatuhkan

Berhati-hatilah berada dalam zaman ketika…
Kebatilan dibungkus sesuatu yang hak
Kebencian ditampilkan seakan bentuk kasih sayang
Pelanggaran dibuat menjadi seperti penegakan
Penyimpangan dikesankan menjadi pelurusan
Penindasan ditata menjadi pensejahteraan
Ambisi pribadi dibalut dalam pakaian kepentingan negeri

Berhati-hatilah…..


Selasa, 15 November 2016

Ada apa dengan negeriku

ada apa dengan negeriku
kebencian menyebar atas nama rasa cinta
perpecahan berhembus atas nama persatuan
kehancuran merebak atas nama penjagaan

ada apa dengan negeriku
agama sering
menjadi dalih untuk melakukan penistaan
dijadikan alasan untuk berbuat kesewenangan
dijadikan 'dasar' untuk menghancurkan kemanusiaan
dijadikan 'dalil' guna mengejar hasrat atas kekuasaan

ada apa dengan negeriku
kemarahan mengalahkan keramahan
keangkuhan menggilas ketawadluan
kebencian menyingkirkan kasih sayang

ada apa dengan negeriku
nilai-nilai keluhuran diabaikan
sementara hasrat dan ambisi dicarikan pembenaran

ada apa dengan negeriku
di mana keramahan yang dulu kita agungkan
ke mana kesantunan yang dulu kita banggakan
mengapa api dikobarkan sementara air dibuang-buang
bukan untuk memadamkan
malah agar tidak bisa untuk memadamkan

ada apa dengan negeriku

Rabu, 12 Oktober 2016

Hari ini, tak sadar kita sudah kehilangan

hari ini kita gemar mencaci
karna kita merasa benar sendiri
hari ini kita mudah menghina
karna kita merasa menjadi sang pembela
hari ini kita sering menghujat
karna kita merasa paling berhujjah
hari ini kita sering mengancam
karna kita merasa sedang mempertahankan
hari ini kita jarang saling menghormati
karna kita lalai mendengar nurani
hari ini kita jarang saling menyapa
karna kita lupa bahwa semua adalah saudara
hari ini kita jarang saling mengingatkan
karna kita lupa bahwa sering kita melakukan kesalahan
hari ini kita jarang saling berbagi senyuman
karna kita lebih senang memberi ancaman
hari ini kita jarang saling memberi
karna banyak dari kita yang lebih suka mencuri
hari ini kita jarang saling mengasihi
karna hati telah dikuasai benci
hari ini kita jarang saling menjaga
karna kita telah masuk dalam jebakan nafsu berkuasa
hari ini kita jarang saling menjaga rasa
karna kita telah ingin menjadi yang paling punya kuasa
hari ini kita ....ah....
karna kita .....sudahlah....

Sabtu, 24 September 2016

aku tak tahu

aku tak tahu
apakah apiku akan menghangatkan atau
           membakar memusnahkan
aku tak tahu
apakah airku akan mendinginkan atau
            menggulung meluluh lantakkan
aku tak tahu
apakah anginku akan menyejukkan atau
            membadai menghancurkan
aku tak tahu
apakah tanahku akan menumbuhkan atau
            menelan segala yang dipermukaan
aku tak tahu
apakah nafasku akan memberi kehidupan atau
             menebar kematian
aku tak tahu
apakah adaku membawa kemanfaatan atau
             menghadirkan kemudaratan
aku tak tahu...

Kamis, 22 September 2016

rindu

rinduku ah...
membara bara
berkobar api
membadai topan
menggelombang ombak

rinduku padamu
ku harap menjadi
  rinduku padaMu

Rabu, 17 Agustus 2016

71 tahun negeri kami



Semoga kami mewarisi semangat juang para pendahulu kami
Semoga mengalir dalam darah kami darah para pendahulu kami
Semoga kami memiliki jiwa dan spirit luhur para pendahulu kami
Semangat untuk menyatukan bukan memisahkan
Darah satria perwira bukan darah pengecut pembelot
Jiwa untuk menghilangkan penindasan bukan melestarikan kesewenangan
Spirit untuk memperjuangkan kemerdekaan bukan melanggengkan penjajahan
Tujuh puluh satu tahun negeri kami
Perlahan pudar budaya kami
Lambat laun menguap tradisi kami
Terkikis hingga hampir habis semangat juang kami untuk membangun negeri
Keramahan bergerak pelan berganti kegarangan
Anugerah keragaman mulai dianggap sebagai alasan untuk saling tikam
Saling mencaci seakan menjadi tradisi
Hukum digunakan sekedar alat untuk mengusung kepentingan kelompok dan pribadi
Tujuh puluh satu tahun negeri kami
Semoga menetes jiwa satria perwira pada kami dan merembes dalam sanubari anak cucu kami
Semoga mengalir semangat juang membangun negeri hingga dalam aliran darah generasi penerus kami
Semoga budaya dan tradisi kami tidak benar-benar habis terkikis gempuran budaya dan tradisi yang tak pernah berakar di negeri kami
Semoga para pemimpin negeri senantiasa menjadi wali nagari
Semoga para agamawan selalu menebar kedamaian dalam keragaman pendapat dan aliran
Semoga para cendikiawan tetap berjiwa merah putih meski berada di negeri matahari terbit ataupun di ujung barat peradaban
Semoga yang tua senantiasa membimbing dan menghargai yang muda
Semoga yang muda selalu mendengar nasehat dan menghormati yang tua
Semoga …
Semoga …
Semoga …