Senin, 30 Agustus 2010

Mendaki piramida Ramadhan

dua sembilan atau tiga puluh hari penuh cahaya
memancar menebar ciptakan piramida cahaya
dengan bintang bernama taqwa di puncaknya

Tiga tebing mesti didaki
    agar semakin mendekati gemerlap cahaya
Tiap tebing mesti ditempuh dalam 10 hari
     sebagaimana dalam sabda
Cahaya rahmat barokah untuk 10 hari pertama
    lapang dada bagi maaf dan ampunan di 10 hari kedua
         dan indahnya keselamatan dari segala bari di hari-hari akhirnya

Hanya dengan mendaki ketiganya
      kita kan cium wangi surga
ketika cahya taqwa memancar dari jiwa

Sudah sampai tebing manakah kita?
Sudahkah kita di gerbang ketiga ketika pintunya hampir di buka?
Atau masih di tengah perjalanam tebing kedua?
Ah, semoga kita tidak termasuk yang belum melangkahkan kakinya
                      menuju tebing pertama

Minggu, 29 Agustus 2010

Engkau...

engkau tetaplah engkau
penghias relungku
pengisi hampaku
cahaya mataku

engkau adalah engkau
barisan 8 huruf yang slalu getarkanku
mengobar wujud bagi mimpi-mimpiku

engkau tetaplah engkau
kerlip indah dalam gelapku
sinar putih dalam hitamku

Perjalanan Ramadlan

melihat kembali apa yang telah berlari
hari-hari dengan hamparan rahmat dan barokah
telahkah menyati dalam diri?
menghitung kembali rahmat yang mampu ditebar
  ternyata masih kurang dari satu biji

hari-hari dengan lapang ampunan hampir berakhir
namun hati masih penuh dendam dan dengki
belum juga mampu tebar ma'af pada diri
         apalagi pada lain pribadi

kembali bertanya pada sejati diri
akan hikmah yang ku dapat sejauh ini
ketika gerbang kesematan dari segala api
tertampang megah di depan hari

          akan kepantasan masuki wilayah aman
                     daerah keselamatan dari segala api
    yang kini membuka lebar pintung gerbangnya

akankah kembali Ramadlan sisakan sepi
karena diri tak mampu resapi segala hakiki?


akankah Ramadlanku kembali sia
tanpa setetes rahmat mampu kembali ku cerna?

akahkah kembali tak mampu ku nikmati
        lega lapang dada karna ma'af yang tertebarkan
                                   sebab dendam dengki kini mati?

akankah kembali belum mampu ku rasakan
    sejuk jiwa padamnya bara?

Selasa, 10 Agustus 2010

Ramadlan

coba ikhlas dalam senyum
sambut tamu yang lagi turun
    bukan kata rindu pemanis bibir
    bukan ucap senang sebagai sindir
    tapi bunga hati yang bermekaran
    tuk di sebar di sepanjang jalan Ramadlan

coba tulus dalam riang
siapkan segala sesajian
bernampan sajadah panjang menghampar
dengan tadarus sebagai sajian pembukaan
   agar nikmat sujud dapat dirasakan
   agar lezat malam dapat dituntaskan
        dalam putaran manik-manik tasbih alam
berterangkan cahaya keimanan
    agar megah meja perjamuan
    duduk melingkar kemilau mutiara kesucian
       pada wajah-wajah setelah jiwa dibersihkan

Marhaban ya Ramadlan,
ku harap hadirmu bantu jernihkan jiwaku
        larutkan noda di cermin hatiku
            biar bening seperti dulu
         kala raga belum menyatu

Minggu, 08 Agustus 2010

biar Engkau saja yang tahu

tegar ini adalah topeng
   tuk tutupi rapuhku
senyum ini adalah tirai
   tuk sembunyikan tangisku
kata-kata bijak ku paksa jadi selimut
   tuk bungkus culasku

tapi sampai kapan ku mampu bertahan?
    entah sampai kapan ku mampu pertahankan?

pandang kasihan orang sekitar
    membuatku jijik tuk ungkap kenyataan
kata aku mengerti yang diberikan
    memaksaku tuk terus sembunyi di balik tirai dan topeng

mereka kira aku begitu rapuh 
     hingga mesti patut mendapat kasihan
mereka anggap aku begitu goncang
     hingga tak mengerti kenyataan

aku akui kebenaran suara di telinga kiri kanan
tak ku ingkari rapuh dan goyang sendi kehidupan
tapi,
   ku berpikir tiap orang punya masing-masing jalan kehidupan
    tidak ada yang lebih berat
        pun yang lebih ringan

tak patut mereka menaruh kasihan
tak layak pula mereka mencoba memberi pengertian
hanya pada-Mu ku coba kembalikan segala
hanya pada-Mu ku ingin sandarkan semua
hanya pada-Mu ku harap tempatku bergantung satu-satunya

   biarlah dalam pandang dunia segala tegar jiwa
   biarlah dalam mata manusia senyum dan tawa
   biarlah kaca mata sesama tampak kebijakan kata

ku ingin hanya mengeluh,
                        mengadu pada-Mu
hanya pada-Mu
  Pemilik semestaku
                   raga dan jiwaku

Minggu, 01 Agustus 2010

Cahaya Jiwa

tetaplah engkau cahaya jiwa
                            pelita hati
                               lentera sukma

tak pernah padam
dalam dingin kabut kelam
tak mungkin hilang
dalam dahsyat topan kehidupan
meski redup dalam tangisan
 meski kerlip dalam gelap kegundahan
tetaplah engkau cahaya jiwa
     pelita hati
        lentera sukma

nyalamu abadi dalam hati
memberi hangat relung-relung terdalam
sinarmu benderang tembus batas ruang
kirimkan terang ceruk jiwa terkelam

tetaplah engkau cahaya jiwa
        pelita hati
            lentera sukma

menjadi kita penuh cahaya
lebur redup aku dan engkau
menjadi kita pancarkan megah kilau
meski kini
   bersemayam dalam satu raga

tetaplah engkau cahaya jiwa
        pelita hati
            lentera sukma
kekasih hati
    pasangan jiwa