engkau tetaplah engkau
penghias relungku
pengisi hampaku
cahaya mataku
engkau adalah engkau
barisan 8 huruf yang slalu getarkanku
mengobar wujud bagi mimpi-mimpiku
engkau tetaplah engkau
kerlip indah dalam gelapku
sinar putih dalam hitamku
Minggu, 29 Agustus 2010
Perjalanan Ramadlan
melihat kembali apa yang telah berlari
hari-hari dengan hamparan rahmat dan barokah
telahkah menyati dalam diri?
menghitung kembali rahmat yang mampu ditebar
ternyata masih kurang dari satu biji
hari-hari dengan lapang ampunan hampir berakhir
namun hati masih penuh dendam dan dengki
belum juga mampu tebar ma'af pada diri
apalagi pada lain pribadi
kembali bertanya pada sejati diri
akan hikmah yang ku dapat sejauh ini
ketika gerbang kesematan dari segala api
tertampang megah di depan hari
akan kepantasan masuki wilayah aman
daerah keselamatan dari segala api
yang kini membuka lebar pintung gerbangnya
akankah kembali Ramadlan sisakan sepi
karena diri tak mampu resapi segala hakiki?
akankah Ramadlanku kembali sia
tanpa setetes rahmat mampu kembali ku cerna?
akahkah kembali tak mampu ku nikmati
lega lapang dada karna ma'af yang tertebarkan
sebab dendam dengki kini mati?
akankah kembali belum mampu ku rasakan
sejuk jiwa padamnya bara?
hari-hari dengan hamparan rahmat dan barokah
telahkah menyati dalam diri?
menghitung kembali rahmat yang mampu ditebar
ternyata masih kurang dari satu biji
hari-hari dengan lapang ampunan hampir berakhir
namun hati masih penuh dendam dan dengki
belum juga mampu tebar ma'af pada diri
apalagi pada lain pribadi
kembali bertanya pada sejati diri
akan hikmah yang ku dapat sejauh ini
ketika gerbang kesematan dari segala api
tertampang megah di depan hari
akan kepantasan masuki wilayah aman
daerah keselamatan dari segala api
yang kini membuka lebar pintung gerbangnya
akankah kembali Ramadlan sisakan sepi
karena diri tak mampu resapi segala hakiki?
akankah Ramadlanku kembali sia
tanpa setetes rahmat mampu kembali ku cerna?
akahkah kembali tak mampu ku nikmati
lega lapang dada karna ma'af yang tertebarkan
sebab dendam dengki kini mati?
akankah kembali belum mampu ku rasakan
sejuk jiwa padamnya bara?
Langganan:
Postingan (Atom)