Merindumu di hari-hari sepiku
bersama bintang yang tak lagi menghias
langitku
guntur gelegar menambah kelam jelaga
malam
kilat menyambar kaburkan mata yang
memandang
di sudut kamar tempat kita selalu
memadu
aku kembali duduk termangu
jelajahi malam melintasi ruang waktu
kembara ke negeri tempat kita bertemu
dalam pejam semua tampak bersinar
seluruh jalan yang pernah kita lalui
melambai memberi tawar
di ujung sana sosokmu muncul penuh
kilau pendar
terselubung putih indah tak ternalar
melangkahku terseret mendekatimu
berat nian melepas raga yang masih
menjeratku
membawanya serta malah melumpuhkanku
inilah dunia jiwa berbendar yang raga
tak akan mampu
tak terkira beban kaki hendak melangkah
kembali pula ke raga rumah
jika saja kumandang subuh belum
menggugah
jika saja dua bening mata kecil
tiba-tiba memanggil ayah
tak ingin aku kembali berbenah
menembus alam melintas dunia menuju
tanah
kokok ayam tak juga mampu bangkitkan
hasrat
kumandang adzan hanya kembalikan sadar
sesaat
dua rakaat belum juga mampu ku rasa
nikmat
dalam rindu yang semakin menjerat