Minggu, 18 September 2011

rindu keutuhan

terlalu lama tak ku nikmati landscape keindahan
hingga jiwa jadi begini kerontang 
terlalu lama ku abaikan
   segar air pegunungan
      gemericik air aliran
          sejuk desir menyegarkan
terlalu lama tak ku rasakan
bugar meresap bersama tetesan hujan
   dingin mengguyur pori hingga menembus dinding hati

terlalu lama ku biarkan
jiwa meranggas dalam kerontang
   batin kering tanpa kesegaran
      hati tandus tanpa siraman
terlalu lama tak mampu dinikmati
   teduh hijau dedaunan
      kelokan sungai mengagumkan
         kicau burung merdu mendayukan
            hening dalam kedamaian

ya, terlalu lama memang....

akal

masih saja akal mengendalikan
tiap langkah ia yang memutuskan
 yang dapat diterima dijalankan
   yang sudah dicerna diabaikan
bahkan hal-hal yang menjadi makanan jiwa
  akal pula yang memutuskan
padahal tak selamanya
  akal cukup bijaksana tuk memutuskan
    apa yang baik apa yang bukan
     apa yang benar apa yang bukan

mencari ketenangan
   jalan mendapatkan kedamaian
     menata hati dan perasaan
sebenarnya bukan milik akal
       tuk menentukan
sebenarnya milik hati untuk memastikan
namun masih saja
 akal campur tangan
merasa tahu apa yang perlu dilakukan
merasa paling berhak atas seluruh pertimbangan

mestinya akal tahu diri
tapi betapa sulit membuatnya mengerti