bukan hanya tak ada keberhasilan
bahkan mungkin kerugian yang
tak terkatakan
akhir perjalanan sudah ada di hadapan
tanpa sesuatu yang didapatkan
hati masih saja sekeras batu
rasa tetap membeku melebihi salju
tubuh malah makin berlumur debu
kemarahan belum dapat dibelenggu
iri dengki masih saja menggebu
dendam tak jua tertunduk lesu
masih saja belum kuperoleh hadiah
bagi jiwa
agar kerontang berganti kesejukan
biar kering menjadi kesuburan
kasihan engkau jiwa
tak jua kau temui kenyamanan dan kedamaian
tak jua kau mampu lepas dari belenggu kesumat nafsu
bisakah engkau berkata pada dirimu sendiri
bahwa kau telah berjuang dengan segala mampu
dapatkan engkau memandang lekat mata sukmamu
yang merintih pilu menahan kesewenangan egomu
lalu bagaimana pertanggung jawabanmu
pada wajah yang tetap kau angkat dalam angkuhmu
pada tangan yang kau gunakan untuk menggerakkan sombongmu
pada dada yang kau busungkan untuk menunjukkan banggamu
pada kaki yang kau langkahkan menuju pemuasan kesumatmu
pada mata yang kau paksa melihat segala kesewenanganmu
pada telinga yang kau tulikan dari suara tindasanmu
pada mulut yang kau tarik dalam senyum saat menyaksikan
derita saudaramu
pada hati yang kau hilangkan segala lembutnya
pada rasa yang kau bekukan seluruh sejuknya
pada iman yang kau keringkan seluruh dahan rantingnya
wajah ingin menunduk
kau paksa untuk mendongak
tubuh ingin membungkuk
kau paksa untuk tegak
lutut ingin menekuk
kau paksa untuk tak bergerak
ah...entahlah...
semoga masih ada waktu
untuk sekedar membasuh wajahku