Selasa, 19 Agustus 2014

di 69 tahun usiamu

berjajar pulau bagai mutu manikam
tersekat laut dan selat sebagai penambah keindahan
bersatu dalam segala keragaman
Sriwijaya telah menunjukkan
bahwa laut adalah nadi nusantara
Majapahit juga telah membuktikan
bahwa laut tidak pernah memisahkan
malah justru menghubungkan
agung masa lalu di mata dunia
kekuatan besar bernama Nusantara
terkagum seluas mata memandang
keindahan surga bernama Nusantara
lalu ketakutan dan kekerdilan mulai merusak dan menghancurkan
laut tak lagi dianggap sebagai penghubung
setelah Paregreg menenggelamkan seluruh jembatan laut Nusantara
kapal-kapal besar warisan Sang Laksamana Nala
para pemimpin tak lagi terpikir untuk saling terhubungkan
malah lebih senang sembunyi di pojok-pojok kekerdilan
Demak mencoba membangkitkan
kandas di Malaka kemudian sirna setelah Unus meregang nyawa
dan...
pudar serta padamlah kebesaran Nusantara
negeri dongeng bagai surga
Tiga ratus tahun kemudian, bangkitlah kesadaran para pemuda
menyebut negeri ini tak lagi Nusantara
berganti nama menjadi Indonesia
mengikrarkan mereka sumpah untuk kembali membangun kebesaran Nusantara
sebuah sumpah sebagaimana sumpah Sang Gajah Mada
meski dengan nada yang sedikit berbeda
Berbangsa satu Bangsa Indonesia
Berbahasa satu Bahasa Indonesia
Bertanah air satu tanah air Indonesia
Dua windu kemudian Soekarno bersama Hatta memproklamirkan
lahirnya sebuah bangsa bernama Indonesia
di bawah todongan senapan Jepang yang sedang kalah perang
bersusah payah untuk kembali saling mengikatkan
beberapa teman perjuangan mulai kehilangan pegangan
mencoba menggunting dalam lipatan
hayalan kebangkitan Nusantara jaya berada dalam ancaman
meski akhirnya dapat terselesaikan
Kini, setelah 69 tahun sejak kelahiran
masih saja layak untuk mempertanyakan:
Sudahkah Indonesia berjalan menuju Nusantara Jaya?
Sudahkah Indonesia mampu menjadikan laut kembali sebagai jembatan penghubung, bukan pemisah antar nusa?
Sudahkah kita saling membahu untuk saling melengkapi sehingga perbedaan dan keragaman bukan penghalang untuk saling menghormati dan menghargai?
Sudahkah tata tentrem kerta raharja dan loh jinawi mulai melingkupi?
ataukah..
masihkah kita menjadi Trenggono-Trenggono yang menganggap kematian saudaranya sebagai berkah bagi kehidupan dan kejayaannya?
masihkah kita hanya memiliki keinginan untuk mengagungkan diri sendiri meski dengan mencaci saudara bahkan orang tua sendiri?
masihkah kita hanya memikirkan kesejahteraan sendiri dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekeliling diri?

Selamat Ulang Tahun Negeriku...
Dirgahayu Bangsaku...