Selasa, 13 April 2010

dari Jun untukmu

Selamat Ulang Tahun Ratuku

Selamat ulang tahun ratuku,
Haruskah ku nyalakan lilin berbentuk angka 32
Ataukah ku letakkan saja 32 dupa di antara dua nisan putihmu?

Selamat ulang tahun ratuku,
Haruskah ku letakkan kue tart
Ataukah ku taburkan saja kembang setaman di atas ‘pesareanmu’?

Selamat ulang tahun ratuku,
Haruskah ku nyanyikan lagu ‘Happy birthday to you’
Ataukah ku lantunkan saja tahlil dan surat yasin untuk ruhmu?

Selamat ulang tahun ratuku,
Telah ku pilih sebuah gaun anggun nan cantik warna biru laut kesukaanmu
Dan telah ku serahkan gaun itu kepada malaikat penjaga pintu gerbang istanamu
Dan ku sampaikan padanya bahwa gaun biru itu adalah hadiah ulang tahunmu dariku.

Dan tahukah kau apa yang dikabarkan malaikat itu kepadaku, ratuku?
Bahwa warna biru laut bukan lagi kesukaanmu, ratuku.
Bahwa istanamu hanya didekorasi dengan satu warna, putih.
Bahwa fashion stylemu sudah berubah.
Bahwa kau, ratuku, tak lagi menyukai gaun-gaun indah rancangan designer manapun.
Bahwa baju kebesaranmu saat ini, ratuku, adalah beberapa lapis kain kafan putih,
tanpa renda dan tanpa aksesoris apapun.

Selamat ulang tahun ratuku,
Telah ku bungkus sebuah hadiah kecil
dengan kertas kado dan hiasan pita mungil
Dan kutitipkan bungkusan kecil itu kepada malaikat yang lain

Dan tahukah kau apa kata malaikat itu padaku, ratuku?
Bahwa kau tak sudi lagi menerima hadiah-hadiah murahan macam hadiahku
Bahwa bungkusan berpitaku tak berguna apa-apa bagimu, ratuku.

Kemudian ku tanyakan pada malaikat itu
“Hadiah apa yang masih bisa diterima ratuku?”
Dan malaikat itu menyebut dua kata aneh yang asing di telingaku “Shadaqah Jariyah”

Selamat ulang tahun ratuku
Telah ku masuki beratus toko
Dan ku tanyai pelayan-pelayan di sana
“Nona, apakah anda menjual sebuah barang bermerk Shadaqah Jariyah?”
Dan tahukah kau, ratuku, mereka hanya menggelengkan kepala dan tertawa

Selamat ulang tahun ratuku
Penat benar kakiku berjalan mencari hadiah ulang tahunmu tahun ini

Selamat ulang tahun ratuku
Aku tak tahan lagi
Aku menyerah
Dan berhenti di depan sebuah gerbang sekolah.
Sekolah miskin dengan SPP yang murah.

Seorang guru tua menghampiriku dan menanyakan halku
Guru tua itu, ratuku, lelaki sederhana tapi bersahaja
Persis seperti ayah kebangganmu, yang juga ayah kebangganku.

Lelaki sederhana itu, ratuku, tak menertawakan ceritaku
Sama persis bukan dengan ayah kita yang tak pernah menertawakan kebodohanku?

Lelaki itu, ratuku, hanya bertanya padaku
“Adakah harta dari ratumu itu yang sekarang ada padamu?”
Lelaki itu, ratuku, tahu dimana mencari hadiah ulang tahunmu tahun ini

Maafkan aku, ratuku.
Ku serahkan cincin di jariku, cincin pertunanganmu yang kau tinggalkan untukku.
Kata lelaki itu, ratuku, akan diberikannya cincin itu kepada sekolah miskin ini.
Dan kata lelaki itu, ratuku, itulah hadiah yang bisa kau terima, ratuku.

Lelaki itu, ratuku, aku bertemu dengannya 3 hari yang lalu.

Selamat ulang tahun ratuku.
Sudahkah kau terima hadiah ulang tahun dariku?
Hadiah yang ku beli dengan menyerahkan cincin pertunanganmu
kepada sekolah miskin milik lelaki sederhana nan bersahaja itu?

Selamat ulang tahun ratuku.
Meski cacing-cacing tanah menggerogoti daging-dagingmu,
Kau tetaplah ratuku, ratu segala pesona bagiku.

Selamat ulang tahun ratuku
Tak kan ku ucapkan “semoga panjang umur” untukmu
Karena aku tahu kau kekal dalam keabadianmu kini.

Selamat ulang tahun ratuku, ratu segala pesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar