kembali desir menggelitikku
dari lelap yang belum lama berlalu
hanya sunyi senyap di sekelilingku
berpaling pada sisi di mana biasa engkau menemaniku
melelehlah apa yang mesti mengalir dari mataku
aku merindumu kekasihku
aku menantimu di lelap malamku
kepalaku merindumu
wajahku merindumu
mataku merindumu
hidungku merindumu
dadaku merindumu
tanganku merindumu
kakiku merindumu
hatiku merindumu
nadiku merindumu
detakku merindumu
poriku merindumu
seluruh tubuhku merindumu
raga jiwaku merindumu
berat menindih dadaku
sesak menyempit nafasku
dalam desahku
perlahan ku sebut Asma-Nya dan namamu
bersama nafas keluar dari kerongkongku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar