Tak tahu lagi aku harus bagaimana
Kepada siapa ku mesti tumpahkan segala resah
Tarikan-tarikan nafas tak lagi penuh makna
apalagi gairah
Aku tiada dalam ketiadaanmu
Aku sirna dalam kepergianmu
Aku ……
tak tahulah meski berkata apa
Aku harus tetap hidup
Itu aku tahu
Aku harus mampu bangkit
Itu juga yakinku
Aku mesti menjelma ibu bapak bagi putra kita
Itu aku mengerti
Tapi,
Bagaimana mesti kuwujudkan lagi ketiadaan?
Bagaimana ku munculkan lagi kesirnaan?
Berapa lama ku mesti larut dalam ketiadaan?
Berapa lama ku hadir dalam kesirnaan?
Terimalah kenyataan
Ikhlaskan kepergian
Serahkan kepada Tuhan,
Itu nasehat orang-orang
Dan aku pun tidak menolak bahwa semua benar
Namun,
Semudah itukah menerima kenyataan?
Segampang itukah mengikhlaskan kepergian?
Sesederhana itukah berpasrah kepada Tuhan?
Engkau yang senantiasa mendampingi
membangun angan
merajut mimpi
berjuang meniti jembatan licin untuk menggapai angan
melangkah terseok di jalan terjal untuk meraih mimpi
Tiba-tiba garis Tuhan berlaku
Engkau dipanggil menghadap-Nya
meninggalkan angan yang sudah mulai terajut
mewariskan mimpi yang sudah mulai mewujud
menitipkan cinta yang mesti kubina
Ya Allah,
Aku tahu semua kehendak-Mu
Tapi…
rasanya tak tahu kapan aku mampu terima garis-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar